Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(DetikNews) Butuh Rp 1-1,2 T agar TI Asian Games 2018 Samai Event di Incheon 2014

12/12/2018



Jakarta - Indonesia diperkirakan harus mengeluarkan Rp 1-1,2 triliun untuk aspek Teknologi Informasi (TI) pada Asian Games 2018 agar menyamai event Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan.

Jumlah itu sudah mencakup semua per item dimulai dari jaringan, software, hingga hardware yang dibutuhkan untuk sebuah penyelenggaraan multievent Asia.

Demikian disampaikan Deputi III Games Supporting INASGOC Anton Subowo, usai melakukan penandatanganan nota kesepahaman kerjasama dengan perusahaan TI asal Korea Selatan, SSangYong Information & Communication Corporation (SICC).

SICC merupakan perusahaan spesialis teknologi dan informasi olahraga global asal Korea yang berpengalaman dalam mengelola teknologi informasi di berbagai event domestik dan internasional. Asian Games 2014 di Incheon, Olimpiade 2012 di London, Piala Dunia 2002 Korsel-Jepang adalah beberapa ajang olahraga yang pernah mereka tangani.

Kerjasama ini secara khusus terjalin untuk membangun Asian Games Information System (AGIS), "otak" dari Asian Games 2018 yang berisikan seluruh informasi tentang jadwal dan hasil pertandingan, venue pertandingan, catatan rekor terkini, profil atlet serta negara peserta, jadwal siaran langsung, sistem informasi, dan lainnya.

"Misalnya, untuk jaringannya butuh berapa besar bandwidth-nya. Titik penempatannya bisa di mana saja, untuk servernya butuh berapa besar kapasitasnya. Kita bedah dulu, apa saja perangkat, aplikasi, dan jaringan yang bisa terintegrasi dengan AGIS ini. Kita sudah lakukan audit untuk membedahnya untuk melakukan apakah sistem mereka cocok dengan yang ada di Indonesia. Kemarin diaudit IT pertama, tim kami menyatakan bisa. Tapi kita akan lihat hasil dari audit IT kedua nanti," ujar Anton di Plaza FX, Kamis (17/11/2016). 

Menurut Anton, ada beberapa inovasi yang bisa digunakan di AGIS nanti. Misalnya dengan penggunaan virtual reality (VR), penonton bisa mencari tempat duduk di venue apa dan posisinya di mana. Kedua, untuk tracking system, utamanya transportasi atlet, ofisial, maupun media sendiri. Hal ini menurut dia penting apalagi melihat kondisi lalu lintas Jakarta yang macet. "Jadi nanti di setiap transportasi ada GPS tracker, ada mobile transportasi dengan jadwal pasti transport untuk atlet," tutur Anton. 

Sehubungan dengan itu, anggaran yang lumayan besar harus segera disiapkan. Nantinya, dana itu akan diupayakan diambil dari APBN. 

"Dari pengalaman Asian Games 2014 Incheon kemarin, anggaran untuk sistem teknologi informasi sampai sekitar Rp 1,5 triliun. Dari gambaran tersebut, kami akan mencoba untuk meminimalir besaran anggaran menjadi sekitar Rp 1-1,2 triliun," katanya.

"Jadi kita mau usahakan kurang dari pengeluaran di Incheon kemarin tapi fasilitasnya lebih canggih dari pada Asian Games kemarin. Proyeksinya, masuk di kisaran 1-1,2 triliun rupiah. Karena logikanya, teknologi itu tambah lama, tambah canggih, tambah murah. Selain itu, kita punya banyak konten lokal yang bisa membantu meminimalisir pengeluaran untuk sistem informasi ini," sebut Anton

Sedangkan soal pengadaannya, Anton menyebut, tetap akan diranah INASGOC selaku panitia penyelenggara. "SICC tidak dalam kapasitas melakukan pengadaan. Kita mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Budget itu semua sudah masuk untuk ketiga hal yaitu hardware, software, dan jaringan. Di samping ada pembiayaan fee untuk SSangYong juga. Tapi itu tidak akan lebih dari 2 persen dari angka budget yang akan dikeluarkan," tambahnya.

Penggunaan AGIS ini sendiri rencananya akan diujicobakan pada saat test event Asian Games 2017. Waktu untuk mempersiapkan pun dinilainya cukup. "Mau diujicobakan pada test event Asian Games nanti tahun depan. Itu cukup kok waktunya karena menurut saya aplikasinya mudah dan sumber daya manusia Indonesianya pintar-pintar," ucap Anton.