Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(DetikNews) RI Akan Impor 100.000 Ton Jagung di Februari 2016

12/12/2018



Jakarta -Untuk mengendalikan impor jagung agar tidak berlebihan tapi juga tidak kekurangan, pada tahun ini pemerintah menunjuk Perum Bulog menjadi importir tunggal jagung. Saat ini Bulog sedang mengurus perizinan impor. 

Rekomendasi impor jagung dari Kementerian Pertanian (Kementan) telah dikantongi, tinggal izin impor dari Kementerian Perdagangan (Kemendag). Bulog menargetkan bisa mulai mendatangkan jagung impor pada awal Februari mendatang.

"Yang sudah direkomendasikan jagung, kita sedang memproses impor jagung. Mudah-mudahan awal Februari sudah ada jagung yang diimpor Bulog sendiri. Kami targetkan awal Februari mulai masuk," kata Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu, kepada detikFinance di Jakarta, Selasa (19/1/2016).

Wahyu mengungkapkan, 100.000 ton jagung asal Brasil dan Argentina yang diangkut dengan 2 kapal telah siap meluncur ke Indonesia bila izin impor untuk Bulog sudah rampung. Perjalanan dari Brasil dan Argentina ke Indonesia membutuhkan waktu 45 hari, bila izin impor tidak segera terbit maka jagung impor akan terlambat didatangkan.

Selain dari kawasan Amerika Selatan, Bulog juga menjajaki impor jagung dari Spanyol dan Ukraina. "Kita targetkan tidak kurang dari 2 kapal, 40.000 ton dan 60.000 ton, jadi sekitar 100.000 ton. Minggu pertama dan minggu kedua Februari datang. Perjalanan dari negara asal perlu waktu 45 hari, dari Brasil dan Argentina. Tapi kita juga cari sumber lain seperti Spanyol, Ukraina," paparnya.

Bulog menyiapkan modal Rp 1,8 triliun untuk penugasan impor 600.000 ton jagung hingga Maret 2016. "Berapa pun kita siap. 600.000 ton kali (harga jagung impor) Rp 3.000/kg jadi Rp 1,8 triliun," tukas Wahyu.

Untuk fasilitas penyimpanan jagung, yaitu silo, maupun fasilitas lainnya yang belum dimiliki, Bulog akan menyewanya dari perusahaan swasta yang biasa mengimpor jagung. "Bukan berarti kita nggak punya silo nggak bisa jual jagung. Banyak silo yang bisa kita sewa. Kan nggak harus bikin sendiri, kerjasama atau kemitraan bisa dilakukan," cetusnya.

Dia menambahkan, jika pemerintah menetapkan Bulog‎ menjadi stabilisator jagung secara permanen, maka ke depan pihaknya perlu mempersiapkan infrastruktur hingga organisasi untuk pengelolaan jagung dalam jangka panjang. 

"Kalau kita bicara persiapan, banyak yang harus kita siapkan. Mulai dari infrastruktur, SDM, permodalan, organisasinya, ini kan sesuatu yang baru. Model bisnisnya pun harus kami persiapkan agar dapat berjalan dengan baik," tutup Wahyu.