Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Harian Kompas) Pertamina Optimistis

12/12/2018



JAKARTA, KOMPAS — Meski industri minyak dan gas bumi lesu, PT Pertamina (Persero) optimistis akan mencapai target rencana kerja dan anggaran perusahaan atau RKAP. Hingga triwulan I-2015, perseroan masih mendapatkan laba bersih 28 juta dollar AS atau setara Rp 362,9 miliar. Efisiensi dan peningkatan produksi menjadi andalan.

"Kondisi 2014, kinerja relatif stabil. Namun, ada aspek eksternal yang berdampak pada kinerja, khususnya pada triwulan III dan IV-2014. Oleh karena itu, manajemen mengambil langkah-langkah restrukturisasi," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (29/4).

Pada triwulan I-2015, pendapatan PT Pertamina tercatat sebesar 10,67 miliar dollar AS atau Rp 138,3 triliun. Di dalam RKAP, pendapatan ditargetkan 12,31 miliar dollar AS. Meski keuangan pada Januari dan Februari tercatat negatif, Pertamina masih memperoleh laba bersih 28 juta dollar AS atau sekitar Rp 362,9 miliar, karena pendapatan yang diperoleh pada bulan Maret. Namun, jumlah itu jauh di bawah target RKAP 427 juta dollar AS.

Sementara itu, produksi minyak sebesar 248,4 ribu barrel setara minyak per hari (MBOPD) dan gas 1,63 juta standar kaki kubik per hari. Produksi itu diharapkan meningkat seiring dengan peningkatan produksi minyak dari Blok Cepu, melalui anak perusahaan, yakni PT Pertamina EP yang menguasai hak partisipasi 45 persen.

Menurut Soetjipto, harga minyak mentah yang rendah merupakan faktor utama yang menyebabkan pendapatan perusahaan tidak sesuai target. Meskipun demikian, pihaknya telah mengambil langkah strategis, seperti efisiensi, pengembangan sektor hulu, peningkatan kapasitas kilang, pengembangan infrastruktur, dan perbaikan struktur keuangan.

Nilai efisiensi yang didapatkan Pertamina sebesar 95,95 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,2 triliun. Nilai itu didapatkan dari renegosiasi kontrak pengadaan minyak, pengurangan cost fee, dan optimalisasi aset penunjang. Efisiensi dari restrukturisasi pemasaran dan operasi mencapai 46 juta dollar AS. Ditargetkan, efisiensi yang didapatkan hingga akhir tahun sebesar 581 juta dollar AS.

JAKARTA, KOMPAS — Meski industri minyak dan gas bumi lesu, PT Pertamina (Persero) optimistis akan mencapai target rencana kerja dan anggaran perusahaan atau RKAP. Hingga triwulan I-2015, perseroan masih mendapatkan laba bersih 28 juta dollar AS atau setara Rp 362,9 miliar. Efisiensi dan peningkatan produksi menjadi andalan. 

"Kondisi 2014, kinerja relatif stabil. Namun, ada aspek eksternal yang berdampak pada kinerja, khususnya pada triwulan III dan IV-2014. Oleh karena itu, manajemen mengambil langkah-langkah restrukturisasi," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (29/4).

Pada triwulan I-2015, pendapatan PT Pertamina tercatat sebesar 10,67 miliar dollar AS atau Rp 138,3 triliun. Di dalam RKAP, pendapatan ditargetkan 12,31 miliar dollar AS. Meski keuangan pada Januari dan Februari tercatat negatif, Pertamina masih memperoleh laba bersih 28 juta dollar AS atau sekitar Rp 362,9 miliar, karena pendapatan yang diperoleh pada bulan Maret. Namun, jumlah itu jauh di bawah target RKAP 427 juta dollar AS.

Sementara itu, produksi minyak sebesar 248,4 ribu barrel setara minyak per hari (MBOPD) dan gas 1,63 juta standar kaki kubik per hari. Produksi itu diharapkan meningkat seiring dengan peningkatan produksi minyak dari Blok Cepu, melalui anak perusahaan, yakni PT Pertamina EP yang menguasai hak partisipasi 45 persen.

Menurut Soetjipto, harga minyak mentah yang rendah merupakan faktor utama yang menyebabkan pendapatan perusahaan tidak sesuai target. Meskipun demikian, pihaknya telah mengambil langkah strategis, seperti efisiensi, pengembangan sektor hulu, peningkatan kapasitas kilang, pengembangan infrastruktur, dan perbaikan struktur keuangan.

Nilai efisiensi yang didapatkan Pertamina sebesar 95,95 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,2 triliun. Nilai itu didapatkan dari renegosiasi kontrak pengadaan minyak, pengurangan cost fee, dan optimalisasi aset penunjang. Efisiensi dari restrukturisasi pemasaran dan operasi mencapai 46 juta dollar AS. Ditargetkan, efisiensi yang didapatkan hingga akhir tahun sebesar 581 juta dollar AS.

Darurat

Kepala Divisi Pengendalian Program dan Anggaran Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Benny Lubiantara mengatakan, pemerintah perlu membuka pintu yang lebar untuk kegiatan eksplorasi migas. "Sekarang sudah krisis energi dan industri migas darurat, sebab tidak ada penemuan cadangan baru," katanya.

Untuk mengatasi itu, kegiatan eksplorasi harus dilakukan untuk menemukan cadangan sumur migas baru. Namun, Indonesia masih memiliki banyak hambatan, seperti banyaknya perizinan, proses pengadaan yang lambat, tumpang tindih aturan di pusat dengan daerah, dan masalah perpajakan. "Kegiatan eksplorasi, kan, menggunakan dana investor, sementara belum tentu menemukan cadangan baru. Jadi, buka pintu yang lebar untuk eksplorasi," kata Benny. (NAD)

Foto: suaratambang