Di ujung 2014, kondisi ekonomi dan politik di Indonesia masih penuh tekanan. Namun, kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang diikuti dengan melemahnya nilai rupiah tidak menyebabkan masyarakat pesimistis menyambut Tahun Baru. Konflik internal di partai politik dan serentetan bencana juga tak membuat gentar.

Rakyat yakin kondisi Indonesia membaik di masa mendatang. Asa akan kondisi negara yang lebih baik pada 2015 tergambar dalam hasil jajak pendapat Litbang Kompas yang diselenggarakan pertengahan Desember. Empat dari lima responden yang tersebar di 12 kota percaya, di warsa mendatang negeri ini lebih maju setelah berhasil melewati masa-masa sulit pada 2014.

Politik membaik

Tahun 2014 adalah salah satu titik kritis Indonesia. Dalam satu tahun digelar pemilihan umum (pemilu) legislatif dan eksekutif yang menentukan arah negeri ini. Kondisi politik sempat memanas karena perseteruan dua kubu, Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP).

Di tahun mendatang, hampir 70 persen peserta jajak pendapat percaya situasi politik akan lebih sejuk. Mereka optimistis jika 2015 percaturan politik lebih cair daripada tahun ini yang terkesan kaku akibat kompetisi dan panasnya Pemilu 2014.

Berbagai gejolak diyakini bisa lebih diredam. Salah satunya, gesekan blok KIH dan KMP diharapkan oleh 60 persen responden akan lebih dingin. Hanya sepertiga responden berpendapat perseteruan kedua kubu tersebut belum bisa mereda.

Lebih dari separuh responden percaya konflik internal partai politik akan terselesaikan pada 2015. Islah atau langkah perdamaian yang ditempuh sejumlah partai politik diyakini responden sebagai langkah sejuk untuk mencari jalan keluar terbaik.

Harapan kuat atas membaiknya kondisi politik negeri ini diyakini para pensiunan, karyawan swasta, dan ibu rumah tangga. Merekalah yang pada Pemilu 2014 ikut memilih langsung sosok pemimpin negeri.

Ekonomi tumbuh

Ujian dalam perekonomian Indonesia tak kalah sulit dibandingkan dengan batu sandungan di dalam dunia politik. Salah satunya, muncul kebijakan-kebijakan baru yang bersentuhan langsung dengan masyarakat
luas.

Pada 17 November, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan alasan mengalihkan anggaran belanja APBN dari sektor konsumtif ke bidang lain yang lebih produktif, seperti pendidikan dan kesehatan. Harga premium menjadi Rp 8.500 per liter, naik Rp 2.000 dari harga semula
Rp 6.500. Harga solar meningkat dari Rp 5.500 menjadi
Rp 7.500 per liter. Selain harga BBM bersubsidi, tarif listrik juga sudah naik beberapa kali sepanjang 2014.

Untungnya, kehidupan masyarakat tak merosot drastis. Lebih dari 70 responden menyatakan perekonomian keluarga mereka dalam kondisi tetap baik selama 2014. Peningkatan harga BBM bersubsidi dan tarif listrik itu belum berdampak signifikan terhadap kualitas hidup masyarakat.

Pada 2015, sebanyak 64,5 persen responden yakin ekonomi keluarga berputar lebih kencang. Warga dengan optimisme tinggi berasal dari kalangan pengusaha, karyawan swasta, ibu rumah tangga, dan para pelajar. Mereka percaya pemerintah baru akan melaksanakan janji dan agenda yang sudah disusun.

Prediksi perekonomian 2015 sejalan dengan harapan masyarakat. Bank Indonesia memprediksi perekonomian Indonesia tumbuh 5,4 persen-5,8 persen, lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi 2014 yang sebesar 5,1 persen-5,5 persen.

Prediksi ini bisa dicapai jika kendala dan tantangan disingkirkan. Salah satu tantangan yang harus ditanggapi cepat adalah penurunan harga minyak dunia diikuti pelemahan nilai tukar rupiah.

Imbasnya, jumlah utang yang harus dibayar dengan mata uang asing pun meningkat. Pada masa seperti sekarang, kondisi perekonomian dalam negeri tak dapat dilepaskan dari situasi ekonomi global.

Tantangan lain adalah berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diberlakukan 2015. Perjanjian MEA ini akan mengubah
ASEAN menjadi wilayah dengan pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal lebih bebas.

Di satu sisi, MEA bisa menjadi momentum untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan anggota ASEAN lain dengan mendorong produktivitas serta konektivitas barang dan jasa. Di sisi lain, Indonesia akan sulit bersaing dengan negara anggota ASEAN lainnya jika tidak mempersiapkan diri dengan baik.

Antisipasi bencana alam yang bisa menghentikan putaran roda ekonomi juga harus disiapkan, mengingat kondisi geografis Indonesia yang rentan bencana. Rentetan bencana sepanjang tahun ini, seperti tanah longsor di Banjarnegara serta meletusnya Gunung Sinabung dan Gunung Gamalama, bisa menjadi pembelajaran agar lebih siap di masa mendatang. Berbekal persiapan dan koordinasi yang lebih baik, empat dari lima responden percaya pemerintah bersama masyarakat mampu mengantisipasi bencana alam lebih baik di masa mendatang.

Pemberantasan KKN

Publik ingin pemimpin baru di negeri ini mampu mengurai beragam persoalan yang hingga kini tak kunjung selesai. Pemerintah diharapkan melakukan tindakan taktis terhadap sejumlah persoalan bangsa pada 2015.

Persoalan paling penting yang dirasakan oleh publik harus segera dituntaskan adalah pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Publik juga mengharapkan pemimpin baru tidak kenal lelah membenahi perekonomian, menurunkan kemiskinan, dan menyediakan lapangan kerja bagi warga Indonesia.

Tahun 2015 menjadi tahun pembenahan iklim politik dan penguatan fondasi ekonomi bangsa. Semoga impian dan harapan masyarakat Indonesia ini bisa terwujud. (TOPAN YUNIARTO/PUTRI ARUM SARI/Litbang Kompas)