Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Kompas) Dampak Pelambatan Sudah Terasa

12/12/2018



JAKARTA, KOMPAS — Melambatnya pertumbuhan kredit perbankan mengonfirmasi perkiraan pelambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2015. Penurunan daya beli masyarakat akibat jatuhnya harga komoditas ekspor berkontribusi besar terhadap kondisi itu.

Penurunan harga komoditas ekspor, seperti minyak kelapa sawit, batubara, dan karet, sejak 2013, saat ini terasa dampaknya.

Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unika Atma Jaya Jakarta, A Prasetyantoko, menjelaskan, dampak penurunan harga komoditas sudah sampai ke sektor riil.

"Kondisi ini mencemaskan karena untuk pertama kalinya sektor consumer goods turun dari biasanya yang masih tumbuh. Penurunan harga komoditas yang menjadi penopang ekspor berdampak pada kinerja korporasi dan turunnya daya beli masyarakat. Ada jeda sekitar enam bulan hingga setahun, dan saat ini dampaknya sudah nyata kelihatan," ujar Prasetyantoko di Jakarta, Rabu (29/4).

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja menuturkan, pelambatan perekonomian juga dirasakan sektor perbankan.

"Pelambatan terjadi di hampir semua sektor, seperti ritel, industri makanan dan minuman, serta industri yang mendukung properti. Kredit kepemilikan rumah di BCA tertolong penurunan bunga yang kami lakukan tahun lalu hingga di bawah 10 persen. Jika tak ada penurunan bunga, mungkin kredit pemilikan rumah tak bisa tumbuh," ujar Jahja seusai pemaparan kinerja BCA triwulan I-2015.

Pada triwulan I-2015, kredit BCA tumbuh 5,8 persen dalam setahun menjadi Rp 335,6 triliun. Padahal, pada triwulan I-2014, kredit BCA tumbuh 19,7 persen dalam setahun.

Kinerja PT Bank Permata Tbk juga menggambarkan pelambatan ekonomi triwulan I-2015. Per 31 Maret 2015, kredit tumbuh 8 persen selama setahun menjadi Rp 131 triliun. Namun, dibandingkan dengan posisi kredit per akhir Desember 2014, justru turun 1 persen.

 Dari pasar saham di Bursa Efek Indonesia, investor asing melanjutkan aksi jual. Indeks Harga Saham Gabungan kembali ditutup terkoreksi signifikan 136 poin atau 2,61 persen ke 5.105. Indeks sempat turun 4 persen ke level 5.015 sebagai level terendah kemarin.

Investor asing mencatat penjualan bersih Rp 1,71 triliun. Sejak awal pekan ini, penjualan bersih investor asing Rp 5,76 triliun.

Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto menyatakan, saat ini penting bagi investor untuk fokus pada tujuan investasi sesuai jenis investasi.

Dalam diskusi dan peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2014 yang diterbitkan Bank Indonesia, kemarin, mengemuka pendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bisa tetap didorong tanpa mengorbankan stabilitas sistem keuangan. Diskusi dihadiri Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo.

Di sektor riil, pelambatan ekonomi tecermin dari penurunan penjualan. Morry Juhardi, pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta, mengatakan, omzetnya turun dari Rp 25 juta menjadi Rp 5 juta per hari.

Fani, pemilik Toko Popo Elektronik di Plaza Glodok, Jakarta, mengatakan, sejak awal 2015, omzet bulanannya turun 20-30 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

(AHA/BEN/B01/B09)