Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Kompas) konferensi Bahas 3 Pilar

12/12/2018



 

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi memastikan rangkaian peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika, yang akan digelar sepanjang pekan depan, 18-24 April, pada intinya akan membahasberagam substansi yang bisa disepakati untuk dilakukan bersama ke depan. Isu tersebut penting untuk dibahas bersama terutama setelah berakhirnya era kolonialisme masa lalu.

Pernyataan itu disampaikan Retno, Sabtu (18/4), saat mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla menggelar proses geladi bersih penyelenggaraan KAA. ”Kolonialisme adalah era kelam yang pernah dihadapi bersama oleh para negara anggota KAA,” ujar Retno.

”Setelah era kolonialisme berakhir sekarang ini, apa lagi yang masih harus diperjuangkan oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika? Itulah yang akan dibicarakan bersama setelah KAA dibuka besok,” ujar Retno sembari menambahkan, nantinya KAA akan menghasilkan tiga dokumen keluaran antara lain Pesan Bandung, Deklarasi Menghidupkan Kembali Kemitraan Strategis Asia Afrika Baru, dan Deklarasi Dukungan Kemerdekaan Palestina. Penyusunan isi setiap dokumen sudah dilakukan di New York, Amerika Serikat.

”(Sabtu) Malam ini para pejabat senior sudah menggelar pertemuan pembahasan (senior official meeting) dan secara informal mulai membahas isi ketiga dokumen keluaran tadi. Mulai Minggu para pejabat senior itu akan menggelar pertemuan resmi (SOM),” ujar Retno.

Retno juga merinci, dokumen Pesan Bandung nantinya akan terdiri atas tiga pilar kerja sama terkait solidaritas politik, kerja sama ekonomi dan pembangunan, serta hubungan sosial dan budaya. ”Pilar politik nantinya antara lain akan memuat sejumlah isu, yaitu toleransi, pentingnya perdamaian dan stabilitas, serta pentingnya memerangi berbagai bentuk kejahatan transnegara, serta banyak lagi,” ujar Retno.

Sementara itu, di pilar ekonomi dan isu-isu pembangunan, nantinya antara lain akan dimuat tentang kesepakatan untuk mengupayakan peningkatan dan penguatan kerja sama perdagangan dan investasi, infrastruktur energi, serta kerja sama maritim. ”Lantas dalam pilar sosial dan budaya akan dimuat antara lain isu nilai-nilai demokrasi, pemberdayaan perempuan, dan pengurangan risiko akibat bencana alam,” lanjut Retno.

Dari Bandung, Jawa Barat, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan, semua negara anggota KAA punya pekerjaan rumah besar, yang harus mereka bisa selesaikan, seperti mengurangi kesenjangan di sejumlah bidang yang selama ini terjadi di dalam negeri masing–masing. Hal itu disampaikan Anies dalam Orasi Kebudayaan KAA menuju World Culture Forum 2016 di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat. Dia meyakini, beragam kesenjangan tersebut bisa dibenahi antara lain melalui ketersediaan akses kesehatan dan pendidikan.

Anies menambahkan, KAA tahun 1955 berpengaruh sangat besar bagi kemajuan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika lantaran saat itu ada banyak negara peserta kemudian meraih kemerdekaan dan sampai sekarang mereka telah berhasil menuju taraf kesejahteraan yang jauh lebih baik. Kesenjangan antarnegara Asia dan Afrika perlahan juga semakin terkikis sehingga bisa menjadi modal berharga dalam bersaing dengan negara lain. Namun demikian, lanjutnya, setiap negara KAA sendiri juga masih memiliki sejumlah tantangan.

Beberapa tantangan besar itu seperti menyelesaikan sejumlah ketimpangan di dalam negara masing-masing, yang cenderung melebar dan jauh lebih besar ketimbang ketimpangan yang terjadi antarnegara anggota. ”Ketimpangan antara Indonesia dan Korea Selatan boleh jadi sudah semakin sempit. Namun, ketimpangan yang terjadi antara Jakarta dengan Kota Parepare atau Ciamis malah mungkin masih lebih tinggi. Kondisi sama juga terjadi di semua negara Afrika dan Asia,” ujarnya.

Dengan kondisi seperti itu, menurut Anies, semua pihak harus memfokuskan diri melakukan sesuatu. Selain pembangunan infrastruktur, akses kesehatan dan pendidikan juga harus mendapat porsi serius. ”Pembenahan di bidang pendidikan sudah dibuktikan oleh para pemimpin bangsa Indonesia saat KAA 1955. Ketika itu keunggulan pemimpin Indonesia di bidang pendidikan menjadi salah satu magnet utama kedatangan para delegasi,” katanya.

http://print.kompas.com/baca/2015/04/19/Konferensi-Akan-Bahas-Banyak-Isu-di-Tiga-Pilar