Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Kompas Sore) Harga Minyak Internasional Turun, Harga BBM Naik

12/12/2018



Untuk pertama kali dalam empat tahun terakhir, kontrak minyak diperdagangkan pada harga di bawah 80 dollar AS per barrel, Kamis kemarin. Pada tahun ini harga minyak sempat mencapai puncaknya pada harga 115,06 dollar AS per barrel. Kini, harga minyak sudah turun sekitar 30 persen sejak Juni lalu karena pasokan yang berlimpah di AS.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia diperkirakan tetap menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi setelah Presiden Joko Widodo pulang dari lawatan ke luar negeri. Jokowi akan tiba di Jakarta pada hari Minggu mendatang.

”Penurunan harga minyak hingga sekitar 80 dollar AS per barrel akan berdampak positif bagi neraca anggaran. Jika pergerakan harga ke arah 80 dollar AS per barrel terjadi secara berkesinambungan, berdasarkan asumsi harga 105 dollar AS di APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)-Perubahan 2014, akan mengurangi anggaran subsidi 10-12 miliar dollar AS. Kami memperkirakan selisih harga minyak Brent di pasar internasional dengan harga subsidi menjadi turun hanya Rp 2.100 per liter,” kata ekonom ANZ, Daniel Wilson.

Daniel menambahkan, kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500 per liter akan mengurangi biaya subsidi Rp 600 per liter. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan enam bulan lalu ketika pemerintah harus membayar harga subsidi sebesar Rp 4.500 per liter.

Jika pemerintah agresif menaikkan harga BBM menjadi Rp 2.000 per liter, risikonya tetap pada kebijakan tingkat suku bunga. Bank Indonesia tentu ingin menjaga inflasi dan memberikan sinyal kepada para pelaku pasar bahwa mereka tetap akan menjaga stabilitas makroekonomi di tengah kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga AS pada tahun depan.

Ekonom Bank Danamon, Dian Ayu, mengasumsikan kenaikan harga BBM sebesar Rp 2.000 per liter. ”Kebijakan ini akan membuat penghematan sekitar Rp 100 triliun. Pemerintah akan mengalokasikan dana ini untuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti irigasi, jalan, jembatan, dan program kesejahteraan,” katanya.

BI mengumumkan bahwa defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) menyempit menjadi 3,07 persen dari produk domestik bruto pada kuartal ketiga 2014. Sementara pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 5 persen pada kuartal ketiga 2014. Pertumbuhan kredit mencapai 13,1 persen antartahun pada bulan September. Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak Maret lalu.

Meskipun demikian, seiring dengan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi telah memicu indikasi ekspektasi inflasi yang lebih tinggi. BI menyatakan siap melanjutkan pengetatan moneter dan makro-prudensial.

Sabar menanti

Para pelaku pasar menantikan keputusan soal kenaikan harga BBM. Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan di sesi pertama ditutup melemah tipis 4,7 poin menjadi 5.0439.

”Tetapi, untuk bisa ditutup di atas resisten pada level 5.070 sepertinya masih berat, karena regional juga tidak ke mana-mana. Pelaku pasar sepertinya masih menunggu kejelasan dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Kalau menurut saya dengan harga minyak yang terus melemah, sebenarnya memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk melakukan refloating harga BBM bersubsidi. Harga BBM bersubsidi dibuat mengambang. Jumlah subsidi per liter dibuat tetap,” kata Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo.

Pasar saham Asia tidak begitu bergairah di akhir pekan ini. Data dari Tiongkok menunjukkan tanda-tanda masih terjadi pelemahan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, harga saham sektor energi terus tertekan.

Indeks MSCI untuk kawasan Asia Pasifik selain Jepang turun 0,2 persen pada pertengahan perdagangan hari ini.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus kehilangan momentum pada Oktober ini. Pertumbuhan output dari pabrik-pabrik terus menyusut. Pertumbuhan investasi pun menyentuh titik terendah dalam 13 tahun terakhir ini.