Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Kompas Sore) Ternate dalam Bahaya Menyusul Letusan Gamalama

12/12/2018



Erupsi Gunung Gamalama secara tiba-tiba pada Kamis (18/12) malam harus menjadi perhatian serius. Gamalama merupakan pulau gunung api yang kaki gunungnya berada di dasar laut. Jadi, Kota Ternate dan kota-kota yang mengelilingi gunung ini sebenarnya tidak berada di kaki gunung, tetapi di punggung gunung sehingga ancaman bahaya gunung api tersebut sangat besar.

Sebanyak 9 orang dilaporkan mengalami luka-luka dan 1 orang masih dicari. Korban adalah rombongan pencinta alam yang sedang mendaki Gunung Gamalama sejak Rabu (17/12).

Kepala Pusat Informasi Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Jumat, mengatakan, korban luka bukan karena akibat langsung dari erupsi gunung. ”Tetapi, luka-luka karena jatuh saat berlari menyelamatkan diri saat terjadi erupsi,” katanya.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan, sebelum erupsi, status Gamalama sudah Waspada. Artinya, pendaki tidak boleh mendekati gunung ini dalam radius 1,5 kilometer dari puncak. ”Tetapi, pendaki ini kemungkinan berada hingga 500 meter dari puncak. Pendaki biasanya tidak mencari informasi status gunung api sebelum mendaki,” katanya.

Surono, Jumat, mengatakan, erupsi Gamalama terjadi pada Kamis malam sekitar pukul 22.41 WIT.

Tinggi asap sekitar 2.000 meter arah ke timur. Sebelum erupsi sudah terjadi peningkatan kegempaan sejak pukul 17.30 WIT dan meningkat tajam sejak pukul 22.09 WIT.

”Peningkatan kegempaan sudah dilaporkan ke BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), tetapi status baru dinaikkan dari Waspada ke Siaga setelah letusan,” katanya.

Surono mengatakan, sistem Gamalama sangat terbuka sehingga jarak antara letusan dan peningkatan kegempaan vulkanik sangat cepat. ”Ini seperti mengocok kaleng soda. Dengan sedikit goncangan, tekanan cepat tinggi sehingga terjadi letusan sekalipun magma belum terisi penuh,” kata Surono.

Dengan sistem terbuka ini, menurut Surono, letusan Gamalama diprediksi tidak akan besar. ”Dengan skala letusan ini, ancaman Gamalama adalah hujan abu. Untuk penerbangan, ini bisa jadi gangguan fatal. Oleh karena itu, sejak lama kami mengusulkan pemindahan ibu kota Maluku Utara, juga lokasi bandara,” ujarnya.

Namun, Gamalama bisa menjadi sangat berbahaya jika terjadi penyumbatan lava sehingga terjadi akumulasi energi. Jika itu terjadi, letusan Gamalama bisa besar, bahkan bisa muncul di tempat lain, di tubuh gunung, sebagaimana pernah terjadi pada masa lalu.

”Gamalama bisa sangat berbahaya jika terjadi letusan samping mengingat letak Kota Ternate sebenarnya bukan di kaki gunung, melainkan di punggung gunung. Kaki Gamalama ada di dasar laut,” paparnya.

Bahaya Gamalama

Berdasarkan catatan dalam buku Data Dasar Gunung Api Indonesia (2011), aktivitas Gamalama sebenarnya cukup mematikan. Dari 1538 hingga 2012, Gamalama sudah meletus 67 kali dengan rentang waktu letusan 1 tahun-50 tahun.

Letusan terakhir yang cukup besar terjadi pada 5 Desember 2011. Dampak letusannya berupa banjir lahar yang masih meneror penduduk Ternate hingga hari ini.

Namun, salah satu letusan terbesar yang tercatat terjadi pada 7 September 1775. Saat itu, Gamalama meletus hebat setelah terjadi gempa bumi tektonik beruntun dua hari sebelumnya. Letusan ini mengakibatkan terbentuknya danau kawah Tolire Jaha dan memusnahkan Desa Soela Takomi yang terletak 1,5 kilometer dari Kelurahan Takoma, Ternate.

Sebanyak 141 warga Desa Soela Takomi hilang bersama tenggelamnya desa mereka.

Danau Tolire Jaha ini terletak di barat laut Ternate, berjarak 4 kilometer dari puncak Gamalama dan 500 meter dari pantai. Danau kawah (maar) ini berukuran 500 meter x 700 meter.

Catatan sejarah menyebutkan, gempa bumi beruntun terjadi beberapa kali di Desa Soela Takomi hingga 5 September 1775. Desa ini terletak 1,5 kilometer dari Kelurahan Takoma saat ini. Gempa tektonik itu memicu erupsi Gamalama hingga terjadi letusan uap selama beberapa jam pada 7 September dini hari. Suara gemuruh yang menyertai erupsi berlangsung hingga hari terang.

Saat warga sekitar Desa Soela Takomi menengok kampung itu pada siang hari, mereka hanya mendapati lubang kawah yang menganga lebar. Sebanyak 141 warga desa hilang bersama tenggelamnya desa mereka.

Dapur magma yang membentuk maar umumnya dangkal dan relatif kecil. Menurut Heiken (1971, vide Cas & Wright, 1988) seperti dikutip Sutikno Bronto dan Sri Mulyaningsih dalam ”Gunungapi Maar di Semenanjung Muria”, Jurnal Geologi Indonesia Volume 2 Nomor 1, Maret 2007, letusan maar umumnya terjadi di lingkungan geologi gunung api besar bersusunan basal.

Pemanasan ini menghasilkan uap bertekanan tinggi. Letusan akan terjadi jika tekanan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan tekanan batuan penudung (cap rocks) di bagian atas atau di permukaan tanah. Letusan freatik ini menghasilkan hamburan material batuan dasar berbagai ukuran.

Jika letusan yang terjadi adalah freatomagmatik, sebagian material magma akan ikut telontar keluar. Jika yang memicu adalah letusan magmatik, akan ada aliran lava dan awan panas. Ketika tekanan gas dalam magma melemah, magma akan keluar dalam bentuk lelehan dan meninggalkan jejak dalam bentuk aliran lava, kubah lava, atau sumbat lava.

Di sekitar 250 meter barat laut Tolire Jaha terdapat Danau Tolire Kecil. Danau 150 meter x 300 meter ini berada tepat di pinggir laut. Permukaan air danau dan laut dipisahkan oleh pantai pasir putih selebar beberapa meter.

Keberadaan dua danau maar atau danau kawah di dekat permukiman dan pantai ini menunjukkan bahwa Gamalama memiliki ancaman yang begitu dekat. Dari pengamatan di lapangan saat Ekspedisi Cincin Api Kompas (2012), leleran lava Gamalama juga pernah mencapai hanya puluhan meter dari Bandar Udara Ternate. Ini membuktikan bahwa ancaman bahaya Gamalama sebenarnya sangat dekat.