Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Kompas) UN 2015: Teladan Kejujuran dari Yogyakarta

12/12/2018



 

UN 2015: Teladan Kejujuran dari Yogyakarta

 

Sesudah "membongkar" kebocoran soal ujian nasional tingkat SMA, Muhammad Tsaqif Wismadi (17) menerima ratusan pesan pendek. Sebagian memuji, tetapi ada juga yang mengecamnya. "Ada yang mengancam mau melempar bom molotov ke rumah," katanya.

Saat pelaksanaan ujian nasional (UN) untuk sekolah lanjutan tingkat atas pada 13-15 April 2015, Tsaqif, siswa kelas XII SMA Negeri 3 Yogyakarta itu, mendadak terkenal. Itu berpangkal dari surat elektronik (surel) yang ditulisnya ke manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, tersebar luas. Dalam surel tersebut, pemuda itu melaporkan kebocoran soal UN di internet, lewat fasilitas layanan penyimpanan dokumen Google Drive.

"Pak/Bu saya ingin menyampaikan bahwa terjadi kebocoran soal unas (ujian nasional), di grup media sosial angkatan kami tadi malam," tulisnya dalam surel, Senin (13/4). Tsaqif juga meminta UGM tidak mempertimbangkan hasil UN sebagai dasar pengambilan keputusan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Tujuannya, agar para murid yang mengerjakan ujian tanpa mengandalkan bocoran soal tidak dirugikan.

Tsaqif mengaku menyebarkan surat elektronik tersebut ke grup layanan pesan media sosial Line yang beranggotakan murid SMAN 3 Yogyakarta. Dari situ, surat diduga menyebar ke pihak lain, sebelum akhirnya sampai kepada para wartawan. Heboh. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akhirnya mengakui ada kebocoran soal UN.

Surat yang ditulis Tsaqif terkait kejadian pada Minggu malam, atau sehari sebelum UN SMA dimulai. Waktu itu, seorang siswa membagikan tautan (link) Google Drive yang berisi bocoran soal ke grup Line murid SMAN 3 Yogyakarta. "Awalnya kami, termasuk teman yang menyebarkan tautan tersebut, enggak tahu kalau dokumen itu berisi bocoran soal. Beberapa teman mengira itu hanya latihan soal," ujarnya, saat ditemui di Yogyakarta, Rabu (22/4).

Berbeda dengan beberapa temannya, Tsaqif sejak awal mencurigai dokumen tersebut berisi bocoran soal. Oleh karena itu, dia tak pernah membuka tautan tersebut. "Tapi, saya sempat minta foto lembar pertama soal mata pelajaran Kimia dari teman yang membuka dokumen itu," kata anak kedua dari empat bersaudara tersebut.

Keesokan harinya, saat menjalani UN mata pelajaran Kimia, Tsaqif terkejut karena soal ujian yang diterimanya sama persis dengan soal di dokumen Google Drive. Teman-temannya di SMAN 3 Yogyakarta pun mengatakan hal yang sama. Namun, bukannya senang dengan adanya bocoran soal, Tsaqif justru resah dan kecewa. Dia menganggap bocoran soal yang beredar di internet itu akan merugikan para murid yang bertindak jujur saat ujian.

"Setelah ujian hari pertama, saya pulang ke rumah dengan perasaan kecewa. Saya merasa harus melakukan sesuatu. Makanya, spontan saya mengirim surat ke UGM," ujarnya.

Tsaqif menuturkan, ayahnya, Arif Wismadi, mendukung penuh keputusannya mengirim surat ke UGM. Namun, sang ibu, Sri Dayanti, sempat khawatir, keberanian dan kejujuran putranya akan berdampak negatif. "Ibu sempat takut ada ancaman ke saya, tetapi lama-lama bisa memahami putusan itu," kata Tsaqif.

Melapor

Beberapa siswa di SMAN 3 Yogyakarta juga merasa kecewa saat mengetahui kebocoran soal UN. Apalagi, para murid salah satu sekolah favorit di Daerah Istimewa Yogyakarta itu telah jauh-jauh hari bersiap menjalani ujian. Mereka sama sekali tak berpikir mencari bocoran soal.

Perasaan itu pula yang mendorong sejumlah murid SMAN 3 Yogyakarta melaporkan kebocoran soal tersebut. "Sesudah ujian hari pertama, saya dan beberapa teman menghadap wakil kepala sekolah untuk melaporkan hal itu. Bagi kami, kalau enggak lapor itu, malah aneh karena sudah jelas ada yang tidak benar," kata siswa kelas XII SMAN 3 Yogyakarta, Dzar Bela Hanifa (17).

Dzar menyatakan, sesudah kebocoran soal itu diketahui, banyak temannya yang mengaku tak lagi membuka bocoran soal di Google Drive. Bagi mereka, kejujuran dalam mengerjakan ujian lebih penting daripada nilai yang bagus.

Kepala SMAN 3 Yogyakarta Dwi Rini Wulandari mengatakan, murid-muridnya terlihat sangat kecewa saat melaporkan kebocoran soal ujian. Itu karena mereka merasa telah siap menjalani ujian dengan jujur, tetapi justru ada tindakan pihak lain yang mencederai pelaksanaan UN. "Anak-anak kami merasa sangat kecewa, sampai-sampai ada yang menangis karena hal itu," ujarnya.

Dwi menambahkan, sesudah mendapat laporan dari siswa, SMAN 3 Yogyakarta lantas meneruskan informasi itu ke Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Informasi tersebut kemudian ditindaklanjuti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan melaporkan dugaan kebocoran soal ke Markas Besar Kepolisian Negara RI di Jakarta. Tak berselang lama, sumber kebocoran soal itu pun bisa dilacak dan kini dalam penyidikan polisi.

Apresiasi KPK

Keberanian Tsaqif dan teman-temannya untuk "membongkar" kebocoran soal UN ternyata mendapat apresiasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta. Rabu (22/4), perwakilan Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK mengunjungi SMAN 3 Yogyakarta untuk memberi penghargaan kepada sejumlah siswa yang telah berani melaporkan kebocoran soal ujian tersebut.

Dalam kunjungan itu, perwakilan KPK memberikan plakat kepada SMAN 3 Yogyakarta dan menyematkan pin "Berani Jujur Hebat" kepada lima orang murid sekolah yang dijuluki "Padmanaba" tersebut.

"Para pimpinan KPK sangat mengapresiasi keberanian adik-adik SMAN 3 Yogyakarta untuk menyuarakan kebenaran secara lantang. Mereka punya kesempatan untuk memanfaatkan bocoran soal, tetapi adik-adik itu memilih bersikap jujur," kata Fungsional Pendidikan pada Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Pauline Arifin.

Menurut Pauline, sikap sejumlah murid SMAN 3 Yogyakarta itu bisa menginspirasi anak-anak muda lain untuk berani bersikap jujur. Sikap jujur harus terus dikembangkan sebagai syarat utama pemberantasan korupsi. "Korupsi masih merajalela karena banyak orang baik yang belum berani menyuarakan kebenaran dan keadilan dengan lantang," ujarnya.

Sudah sepatutnya kita menghargai orang yang jujur. Jangan sebaliknya, orang yang diduga curang malah dilindungi, bahkan diberi jabatan mentereng.

http://print.kompas.com/baca/2015/04/24/Teladan-Kejujuran-dari-Yogyakarta