Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Kompas.com) Ketua Asosiasi Pengusaha Bauksit: Benar Itu yang Dibilang Faisal Basri!

12/12/2018



JAKARTA, KOMPAS.com – Beberapa waktu lalu pengamat ekonomi politik dari Universitas Indonesia Faisal Basri menyatakan bahwa banyak pihak yang mau menjadi saksi terkait keterlibatan Hatta Rajasa dalam ricuh industri bauksit di Indonesia. Ternyata, pernyataan Faisal terkonfirmasi oleh Erry Sofyan. 

Ketua Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) itu membenarkan bahwa mantan Menko Bidang Perekonomian itu terlibat dalam kacaunya industri bauksit, akibat adanya intervensi dari BUMN Rusia, yakni Rusia Alumina (Rusal). 

“Makanya ribut-ribut tuntut Faisal Basri. Lha wong benar kok. Benar itu yang dibilang Faisal Basri. Makanya siapa yang berani menuntut Faisal Basri?” kata Erry kepada Kompas.com, Jakarta, Jumat (12/6/2015). 

Erry menyebut, pada 2012-2013 ada intervensi dari Rusia untuk merecoki industri bauksit dalam negeri. Pada April 2013, Rusal mendekati Erry yang memang memiliki usaha tambang yakni PT Harita Prima Abadi Energi. “Saya enggak mau. Sahamnya Rusal turun terus. November, mereka ketemu Pak Hatta Rajasa,” ucap Erry. 

Selain itu, dia bilang nota kesepahaman yang diteken Rusal dengan PT Arbaya Energi juga disebut hanya untuk menaikkan saham Rusal. “Waktu dengan Arbaya dengan SBS, itu MoU Rusal dan Arbaya untuk bangun smelter di Kalbar, jadi bohong-bohongan saja, untuk naikkan saham dia, habis Februari penandatanganan MoU (saham Rusal) naik lagi,” ucap dia. 

Sebelumnya, Faisal menyebut Hatta Rajasa, sebagai biang keladi kekacauan industri bauksit nasional saat ini. Bahkan, Faisal menilai apa yang dilakukan Hatta saat menjabat sebagai menteri ada kaitannya dengan langkah dia untuk maju dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 lalu. 

“Hatta Rajasa biang keladinya. Ini tunjuk nama aja deh biar semua jelas,” ujar Faisal Basri dalam acara Kompasiana Seminar Nasional bertema "Kondisi Terkini, Harapan dan Tantangan di Masa Depan Industri Pertambangan Bauksit dan Smelter Alumina Indonesia" di Jakarta, Senin (25/5/2015). 

Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas itu menjelaskan, pada awal 2014 lalu, peranan Hatta Radjasa melarang ekspor mineral mentah (raw material) termasuk bauksit sangat besar. 

Kata Faisal, berbagai pembahasan aturan pelarangan ekspor bauksit dibahas di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian dengan berbagai menteri terkait. Akhirnya, Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014 terbit pada tanggal 12 Januari 2014. 

Faisal menilai, aturan itu membuat industri bauksit nasional hancur lantaran semua perusahaan bauksit tak lagi diperbolehkan mengekspor bauksit yang merupakan bahan mentah pembuatan aluminium. 

Menurut Faisal, pelarangan ekspor bauksit itu merupakan permintaan perusahaan aluminium terbesar Rusia, yaitu UC Rusal, yang saat itu berencana menanamkan investasinya di Indonesia untuk membuat pabrik pengolahan bauksit (smelter alumina) di Kalimatan. 

Akibat pelarangan ekspor bauksit itu, sebanyak pasokan 40 juta ton bauksit dari industri nasional untuk dunia internasional menghilang. Dampaknya, kata dia, harga alumina Rusal di dunia internasional melonjak. (baca: Faisal Basri Tuding Hatta Rajasa Biang Keladi Kekacauan Industri Bauksit)