Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Tempo) Diteror, Senyap Tetap Akan Diputar di Berbagai Tempat di Yogya

12/12/2018



Kelompok masyarakat sipil dan kampus di Yogyakarta bertekad tetap memutar film dokumenter Senyap (The Look of Silence) karya sutradara Joshua Oppenheimer, meski diancam akan dibubarkan kelompok yang menyatakan diri Forum Umat Islam (FUI) DIY. "Kami hanya menunda. Tidak ada alasan untuk meniadakan pemutaran," kata Sekretaris Umum Gerakan Literasi Indonesia (GLI), Sofwan Hadi, kemarin.

GLI akan memutar film itu di Asrama Aceh di Yogyakarta sore ini, setelah pemutaran di empat lokasi pada 16-17 Desember dibubarkan polisi dan ormas. Keempat lokasi itu adalah sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta pada 16 Desember, kampus Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) ISI Yogyakarta, Fisipol UGM, dan Kafe Memoar di Sleman.

Penundaan juga dilakukan lembaga pers mahasiswa "Literasia" Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Literasia akan memutar film itu besok. "Jadwalnya mundur," kata Pemimpin Redaksi LPM Literasia, Shalahudin.

Jadwal pemutaran film Senyap telah beredar, disertai ancaman dan ajakan membubarkannya. Alasannya, film itu cara komunis menyusupkan idenya lewat jurnalis, mahasiswa, dan masyarakat sipil lain. GLI dan LPM Literasia tak akan meminta polisi menjaga keamanan mereka. Shalahudin memilih meminta perlindungan otoritas kampus. "Ormas itu konyol! Film itu biasa saja. Enggak ada materi yang ditudingkan itu," kata Sofwan.

Pembubaran di kampus Fisipol UGM dilakukan oleh 20 orang pada Rabu malam lalu. Sebagian besar memakai penutup wajah. Salah seorang yang tidak memakai penutup muka adalah Muhamad Fuad, yang dikenal sebagai Koordinator FUI DIY. "Kami akan membubarkan pemutaran film ini di mana pun lokasinya," ujar Muhamad.

Di Surakarta, pemutaran film dokumenter itu berpindah tempat dari restoran di kawasan Badran ke rumah anggota Komunitas Film Liar-Liar, Rabu malam lalu. "Terpaksa harus pindah karena hambatan," ujar penyelenggara Gigih Putra. Dia menjelaskan, pengelola restoran tiba-tiba meminta penyelenggara membatalkan acara.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta siap mendampingi penyelenggara pemutaran film Senyap jika pembubaran itu dibawa ke ranah hukum. "Kami siap mendampingi," ujar Direktur LBH Yogyakarta, Samsudin Nurseha, kemarin. Masyarakat Anti-Kekerasan Yogyakarta (Makaryo) pun mendukung upaya hukum. "Pelakunya sudah jelas. Tapi mengapa berulang? Mana komitmen Kapolda?" ujar Koordinator Makaryo, Beni Susanto.

Kepala Kepolisian Resor Kota Yogyakarta, Komisaris Besar Slamet Santoso, membantah menginstruksikan pelarangan pemutaran film Senyap di kantor AJI Yogyakarta, Selasa petang lalu. "Mereka yang membatalkan dan menunda pemutaran film itu," kata Slamet kemarin. Polisi malah meminta penyelenggara bertanggung jawab mengamankan jika tetap nekat memutar film itu. Belakangan Direktur Intelijen Keamanan Polda DIY Komisaris Besar Amran Ampulembang meminta maaf kepada pengurus AJI Yogyakarta, Rabu malam lalu.

Nahdlatul Ulama Yogyakarta mencela pembubaran pemutaran film itu. "Kalau sekadar untuk romantisme dan mengetahui sejarah, ya, biarkan saja. Kenapa harus dilarang?" ujar Wakil Sekretaris NU Yogyakarta, Mashruri.