Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Tempo.co) Dilantik sebagai Kepala BNPT, Ini Rekam Jejak Tito Karnavian

12/12/2018



TEMPO.COJakarta - Sejak lulus Akademi Kepolisian pada 1987, garis tangan Tito Karnavian seperti sudah ditentukan: sebagai pemburu buronan. Seperti padan 7 November 2005, Tito yang masih menjabat Kapolres Serang dihubungi oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Makbul Padmanagara agar bersiap-siap ke Poso, Sulawesi Tengah. 

Pukul 02.30 dini hari, Tito langsung berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta. Padahal, ia baru kelar terlibat dalam operasi melacak gembong teroris Doktor Azhari yang terlibat dalam peledakan Bom Bali II. Oleh Makbul, Tito diminta membantu pelacakan mutilasi tiga orang siswa di Poso.

Jauh sebelumnya, ketika masih menjadi Kepala Satuan Reserse Umum Polda Metro Jaya, suami Tri Suswati itu sudah memimpin pencarian buron kasus Badan Urusan Logistik (Bulog), Soewondo. Tim yang hanya beranggotakan empat orang itu, pada Oktober 2000 menciduk Soewondo yang buron selama lima bulan.

Tito kembali diminta memburu "Pangeran Cendana", Tommy Soeharto. Pria kelahiran 26 Oktober 1964 itu langsung memimpin Tim Cobra yang dibentuk Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sofjan Jacoeb setelah penembakan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita pada 26 Juli 2001. Tito yang masih menjabat Kasatserse Umum Reserse Polda Metro Jaya, memimpin 23 anak buahnya untuk meringkus Tommy pada November 2001. "Saya belum bisa tenang sebelum kasus Tommy ini terungkap,” kata Tito menjelaskan kepada Tempo suatu kali.

Berkarier di kepolisian dari tahun 1987, Tito pun dikenal sebagai polisi yang menggeluti terorisme. Meskipun sempat diselingi memimpin Polres Serang pada 2005, dari 2004 sampai 2010, Tito menghabiskan waktunya di Detasemen Khusus Antiteror 88. Ia juga pernah menjadi Deputi Penindakan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Sejak Bom Bali I sampai serangan teroris Thamrin 2016, nama Tito selalu ada dalam pengungkapan kasus terorisme. 

Salah satu prestasi doktor lulusan Nanyang Technological University adalah pada November 2005 ketika dia berhasil menumpas Doktor Azhari di Malang. Keberhasilan itu diganjar dengan kenaikan pangkat dari Ajun Komisaris Besar Polisi jadi Komisaris Besar Polisi. 

Sekarang, setelah sejak Juni 2015 menjadi Kapolda Metro Jaya, Tito kembali "benar-benar" menggeluti pemberantasan terorisme. Ia dilantik Presiden Joko Widodo sebagai menjadi Kepala BNPT pada Rabu, 16 Maret 2016. Bintang di pundaknya pun bertambah menjadi tiga.

Ihwal kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang juga mengancam Indonesia, Tito memiliki pendapat. "Jika kita tidak bisa menciptakan kehidupan yang aman dan nyaman, kita harus bersiap menghadapi hari-hari panjang menghadapi ancaman mereka," tuturnya kepada Tempo pada April 2015.