Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan

Persoalan Mutakhir Budaya Indonesia – Pimpinan DPR, Bambang Soesatyo, Audiensi dengan Mufakat Budaya Indonesia (MBI)

Tanggal Rapat: 31 Jan 2019, Ditulis Tanggal: 15 Apr 2019,
Komisi/AKD: Pimpinan DPR , Mitra Kerja: Mufakat Budaya Indonesia (MBI)

Pada 31 Januari 2019, Pimpinan DPR, Bambang Soesatyo, mengadakan Audiensi dengan Mufakat Budaya Indonesia mengenai Persoalan Mutakhir Budaya Indonesia. Audiensi ini dilaksanakan di Ruang Rapat Bambang Soesatyo, Gedung Nusantara 3 DPR-RI dan dibuka oleh Bambang Soesatyo dari Fraksi Golkar dapil Jawa Tengah 7 pada pukul 16:54 WIB.

Pemaparan Mitra

Berikut merupakan pemaparan mitra:

Mufakat Budaya Indonesia (MBI)
  • MBI percaya bahwa kebudayaan Indoneisa ini secara keseluruhan memiliki caranya masing-masing untuk menjawab persoalan-persoalan mutakhir
  • Selama ini Bugis dan suku-suku lainnya dapat mempertahankan budayanya karena mereka konsisten. Akan tetapi, budaya Indonesia saat ini belum jelas. Perlu segera mengadakan hijrah kebudayaan secara radikal karena kalau budaya Indonesia sudah jelas, maka dapat mencukupi kebutuhan dengan baik. Elemen kebangsaan dan semua stakeholders perlu bekerjasama untuk mengadakan hijrah budaya ini
  • MBI ingin identitas budaya Indonesia ini diambil dari kearifan lokal karena kalau ditarik benang merah kearifan lokal dapat menjadi ciri khas budaya Indonesia
  • MBI berharap ketua DPR dapat menginisasi regulasi yang khusus mengatur kebudayaan Indonesia secara kompleks
  • Basis terpenting adalah budi pekerti. Saat ini, nilai-nilai budi pekerti sudah semakin menipis. MBI mengira Ketua DPR disini memiliki semacam power dan kapasitas untuk menginisiasi perubahan budaya Indonesia
  • Indonesia berbasis pada budaya bahari, jadi diperlukan upaya yang luar biasa untuk melakukan perubahan radikal untuk hijrah kebudayaan dan MBI sepakat untuk tidak meninggalkan Pancasila
  • Konstitusi yang ada sekarang ini tidak mampu menghadirkan sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa
  • MBI juga menyarankan agar Undang-Undang Pendidikan ini bisa diubah. Para siswa saat ini tidak bisa memahami dan menghayati hakekat daripada pendidikan itu sendiri
  • Zaman dahulu, ada pelajaran budi pekerti yang integrated di dalam pelajaran bahasa Indonesia, seperti lagu Pergi Belajar yang sepenggal liriknya menyebutkan “itu lah tandanya kau murid budiman”
  • Yang harus dipikirkan adalah bagaimana caranya untuk hidupkan light-insting dengan penebaran-penebaran yang ada pada local wisdomnya jadi lebih diperkuat lagi
  • MBI merasa kuncinya ini ada di perubahan Undang-Undang Kebudayaan dan Undang-Undang Informatika
  • Ada yang namanya pencegahan tapi perlu juga ada penjunjungan budi pekerti, itu sebenarnya yang terpenting
  • Pemerintah membuat perundang-undangan itu kenapa selalu bertentangan dengan masyarakat, itu yang masyarakat banyak mengira, kalo MBI merasa dari Pemerintah yang harus mengenal masyarakat Indonesia seutuhnya jadi kebijakan apapun yang diambil dapat diterima dengan masyarakat
  • MBI berharap anak muda ini jangan sampai kehilangan arah
  • Seringkali MBI menemukan masyarakat menentang Peraturan Pemerintah karena dianggap tidak sesuai dengan keadaan masyarakat. Berkaca dari hal tersebut, MBI merasa bahwa Pemerintah ini harus lebih peka terhadap kearifan lokal masyarakat agar kelak peraturan yang dibuat ini bisa diterima dan menyenangkan hati masyarakat, sehingga nantinya mereka menaati peraturan tersebut atas dasar kesadaran dan kesenangan, bukan berdasarkan paksaan
  • MBI sedang membuat kegiatan semacam kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam, tsunami yang di aceh 2004 dengan tsunami yang di Palu maupun Banten itu lain, harus dipahami pepatah-pepatah orang tua zaman dahulu karena itu memang benar adanya
  • Nenek moyang Indonesia ini orang-orang genius jadi marilah hidupkan kembali budi pekerti dalam ajaran kurikulum, makanya MBI selalu menyuarakan ayo adakan momeratorium local-wisdom
  • MBI mengajak semuanya untuk tetap mengangkat local-wisdom Nenek Moyang Indonesia karena memang ajaran Nenek Moyang Indonesia didasarkan pada pertimbangan yang matang dan itu benar. Sebagai contoh adalah pepatah minang yang menyatakan bahwa “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Pepatah tersebut kemudian ditekuni oleh orang Minang, sehingga mereka bisa membawakan dirinya ketika berada dimanapun. Orang Minang membaurkan dirinya dengan tetap menjaga kearifan lokal yang mereka miliki
  • Dahulu masalah bisa selesai karena adanya agama, tapi saat ini kacau gara-gara agama. Ini namanya terjadi pergeseran yang luar biasa dan inilah yang perlu menjadi perhatian
  • MBI melihat bahwa mengenali ‘kita siapa’ itu sangat penting. MBI lebih melihat kepada sisi kebangsaan, ini ada sesuatu yang salah. Jadi, ini yang dibutuhkan untuk mengenali siapa kita, kita kan Indonesia dengan latar belakang yang berbeda-beda
  • Mengenali identitas diri kita sebagai siapa itu penting. Kita harus bisa menjaga identitas kita dengan tetap mempertahankan kerukunan antarumat beragama dan suku
  • Harus ada penguatan dalam pengaturan, kehadiran agama harusnya justru dapat mengatur semuanya menjadi lebih baik tapi sekarang agama tidak digunakan sesuai proporsinya
  • MBI sangat senang dapat bertemu dengan Ketua DPR dan kami berharap agar pertemuan ini bisa membawa perubahan yang baik demi menjaga budaya Indonesia

Pemantauan Rapat

Berikut merupakan respon anggota terhadap pemaparan mitra:

Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan