Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan

Mandatory Spending — Badan Anggaran DPR-RI Rapat Dengar Pendapat dengan Pakar

Tanggal Rapat: 10 Feb 2016, Ditulis Tanggal: 3 Jul 2021,
Komisi/AKD: Badan Anggaran , Mitra Kerja: Enny, Pakar

Pada 10 Februari 2016, Badan Anggaran DPR-RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan Pakar mengenai Mandatory Spending. Rapat ini dibuka dan dipimpin oleh Kahar Muzakir dari Fraksi Golongan Karya (Golkar) dapil Sumatera Selatan 1 pada pukul 10.44 WIB dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Ilustrasi : pexels.com)

Pemaparan Mitra

Berikut merupakan pemaparan mitra:

Prof. Firmansyah, Pakar
  • Perkembangan anggaran pendidikan 2011-2016 diperhatikan transfer daerah semakin membesar.
  • Jika dana tidak terserap di daerah, maka pembangunan tidak optimal.
  • Peningkatan penerimaan pajak harus mengikuti siklus bisnis.
  • Rekomendasi strategis dengan peningkatan penerimaan negara dan monitoring mandatory spending.
  • Hindari peraturan yang mencantumkan mandatory spending.

Enny, Pakar
  • Penurunan ekonomi China akan berdampak ke global dan Indonesia.
  • Penurunan harga komoditas terutama harga minyak dunia. Ini bukan masalah temporary.
  • Sejak akhir 2015 ada patahan sejarah karena ada temuan teknologi yang menghasilkan sel gas dan oil.
  • Hasil teknologi ini murah dan efisien serta akan berlangsung lama.
  • Perkembangan perekonomian dunia banyak yang merevisi angka pertumbuhan ekonomi. Indonesia tidak akan mudah di angka 5%.
  • Tantangan fiskal 2016, yaitu pelambatan ekonomi global, makro ekonomi dan fiskal.
  • Mandatory spending adalah pengeluaran negara yang diwajibkan atau dimandatkan perundangan.
  • Dana anggaran pendidikan dapat mandatory dari peraturan, yaitu 20% dari belanja negara.
  • Porsi belanja wajib terus meningkat.
  • Yang menjadi masalah adalah penurunan daya beli masyarakat dan produksi nasional.
  • Permasalahan yang dihadapi adalah pada saat menarik investasi semakin berat dan antangan sektor riil sangat berat.
  • Cadangan devisa turun 102 Miliar Dolar dan dikatakan cukup untuk kebutuhan ekspor 6 bulan.
  • Indonesia defisit karena utang tumbuh 17%, tetapi penerimaan tidak 10%.
  • Secara makro pertumbuhan ekonomi masih melambat, tetapi pemerintah masih percaya karena masih diangka 4,37%.
  • Rekor kemiskinan dan kesenjangan meningkat.
  • Pengangguran terbuka sebesar 6%.

Pemantauan Rapat

Berikut merupakan respon anggota terhadap pemaparan mitra:

Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan